Dimulai Dari Titik

AUTHOR: EKA TRISNAWATI

Semua berawal dari sebuah tanda kecil, begitu mungil hingga ia mungkin luput dari perhatian. Sebuah titik—sederhana, tak mencolok, namun penuh kemungkinan. Cinta, seperti halnya titik itu, bermula di sudut-sudut paling sunyi dalam keberadaan. Ia menyelinap di antara helaan napas, tumbuh bersama bobot setiap bisikan. Di sinilah kisah kita dimulai: dalam momen yang begitu singkat, ia bisa menjadi kehampaan, tetapi justru berubah menjadi segalanya.

Setiap hubungan dimulai dari sebuah peluang—pertemuan tak disengaja, pandangan yang terlempar, atau kata yang dilontarkan ke kehampaan. Ajaib rasanya bagaimana semesta yang begitu luas bisa mereduksi diri menjadi dua orang yang berbagi satu pikiran, satu detak jantung. Titik awal itu, percikan pertama itu, adalah awal dari kanvas yang belum terlukis. Ia rapuh sekaligus tak terbatas, sebuah paradoks yang hanya bisa dijaga oleh cinta.

Saat kita mulai menggambar garis besar apa yang mungkin terjadi, titik itu berkembang menjadi garis. Ia adalah benang pemahaman, jembatan yang membentang melintasi jurang kesepian. Di sinilah kerentanan bersemayam, di mana kita membuka bagian paling mentah dari diri kita dan berharap ia disambut dengan kelembutan. Cinta lahir bukan dari kesempurnaan topeng kita, melainkan dari kekurangan yang berani kita bagikan. Maka, titik itu meluas, membentuk sesuatu yang lebih berani, sesuatu yang hidup.